Padahal, risiko dalam saham adalah sesuatu yang bisa dipelajari, diprediksi, dan dikelola. Berbeda dengan judol yang benar-benar bergantung pada keberuntungan semata, saham menawarkan mekanisme investasi yang logis dan transparan.

Saham memang memiliki risiko, seperti harga yang bisa naik turun karena berbagai faktor ekonomi dan geopolitik. Namun, risiko ini bukan tanpa arah. Investor yang cerdas bisa menggunakan berbagai alat analisis seperti laporan keuangan, tren industri, dan indikator teknikal untuk membuat keputusan yang rasional. Dalam dunia investasi, semakin tinggi potensi keuntungan, biasanya diikuti oleh risiko yang lebih besar—dan itu bisa diantisipasi dengan strategi diversifikasi dan manajemen portofolio yang baik.

Sayangnya, masih banyak yang terjun ke saham tanpa bekal ilmu dan mengharapkan keuntungan cepat. Ketika rugi, mereka menyalahkan sistem atau menyamakannya dengan berjudi. Ini adalah kesalahan umum yang sering terjadi karena kurangnya literasi keuangan. Dalam kenyataannya, investasi saham membutuhkan waktu, kedisiplinan, dan perencanaan matang. Mereka yang sukses dalam investasi saham bukan karena hoki, tapi karena strategi dan kesabaran.

Sebaliknya, dalam judol, tidak ada ruang untuk analisis atau perhitungan logis. Semua hasil permainan bergantung pada algoritma atau keberuntungan murni. Tidak ada transparansi dalam prosesnya, dan pemain tidak memiliki kendali atas peluang menang yang ditentukan secara sepihak. Ini membuat judol berisiko jauh lebih tinggi, apalagi tidak ada payung hukum yang melindungi pemain.

Memahami perbedaan ini penting agar masyarakat tidak terjebak dalam persepsi keliru. Risiko dalam saham memang nyata, tetapi bisa dipahami dan dikendalikan. Dengan edukasi dan kesabaran, saham bisa menjadi alat membangun kekayaan jangka panjang yang sah dan menguntungkan. Jadi, jangan mimpi 44 samakan saham dengan judol hanya karena sama-sama bisa rugi—saham punya logika, data, dan hukum yang mendasarinya.