Generasi Z, yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, tumbuh di tengah gempuran teknologi, ketidakpastian ekonomi, dan krisis eksistensial global. Di tengah realitas yang makin kompleks dan penuh tekanan, mereka justru menunjukkan ketertarikan yang unik terhadap bentuk-bentuk hiburan berisiko seperti lotre. Namun, berbeda dengan generasi sebelumnya, keterlibatan Gen Z dengan dunia lotre tidak selalu soal mengejar kekayaan instan—melainkan juga soal eksperimen, ironi, bahkan pelarian dari tekanan hidup yang membebani.
Bagi banyak Gen Z, bermain lotre erek erek bukan lagi sekadar bentuk perjudian tradisional, tapi juga bagian dari budaya digital yang penuh meme dan sindiran. Di media sosial, mereka sering menjadikan lotre sebagai simbol dari absurditas hidup: “kalau gagal jadi sukses, ya siapa tahu menang undian.” Ungkapan ini bukan semata-mata candaan, tapi mencerminkan keresahan mendalam tentang dunia yang tampak tak berpihak—di mana kerja keras tak selalu berbanding lurus dengan hasil. Lotre, dalam konteks ini, menjadi bentuk kritik sosial yang dibungkus dengan humor gelap khas Gen Z.
Di sisi lain, keterlibatan Gen Z dalam lotre juga menunjukkan pergeseran perilaku konsumsi dan pencarian makna. Mereka lebih melek finansial dibanding generasi sebelumnya, tetapi juga lebih skeptis terhadap sistem ekonomi yang ada. Beberapa menggunakan uang receh dari e-wallet atau cashback digital untuk membeli tiket lotre online, memandangnya sebagai “investasi nekat” yang sama spekulatifnya dengan kripto atau saham meme. Ini menandakan bahwa batas antara perjudian, investasi, dan hiburan semakin kabur di mata generasi ini.
Namun, tren ini tetap menimbulkan kekhawatiran. Banyak ahli menyuarakan pentingnya literasi finansial dan pengawasan yang lebih ketat agar minat Gen Z terhadap lotre tidak berkembang menjadi kecanduan. Di balik tawa dan lelucon tentang keberuntungan, ada potensi risiko psikologis yang nyata, terutama bagi mereka yang merasa putus asa terhadap masa depan. Maka, bermain lotre bagi Gen Z adalah cermin dari zaman mereka—penuh ironi, pencarian jati diri, dan perjuangan menghadapi masa depan yang terasa seperti perjudian itu sendiri.